Get Gifs at CodemySpace.com

Rabu, 19 Oktober 2011

Kisah Cinta Penderita HIV/AIDS


Betapa hancurnya hari ini!!! Matahari terasa gelap, langit mendung sama seperti jiwa yang sedang aku rasakan. Tuhan memberikan cobaan terberat dalam hidupku ketika aku dinyatakan positif mengidap penyakit HIV/AIDS. Dokter mengatakan aku tertular HIV/AIDS mungkin dari minuman yang telah aku minum bersamaan dengan seorang temanku yang terkena penyakit mematikan itu dan kini temanku itu telah tiada seminggu yang lalu karena penyakitnya yang sudah menyebar dalam tubuhnya. Aku tak tahu harus berbuat apa, tak ada lagi pikiran untuk melangkah ke depan.

Dari hasil pemeriksaan, Virus tersebut sudah menyerang ke dalam tubuh dengan cepat dan aku dinyatakan akan bertahan hidup selama 6 bulan lagi. Berhari-hari aku mengunci diri di kamar untuk menenangkan diri dari kenyataan ini. Hubungan yang aku jalin selama 5 tahun bersama kekasihku, Ratu kandas setelah mengetahui bahwa aku telah terkena penyakit HIV/AIDS. Lengkap sudah penderitaanku!! Sebulan lamanya aku berdiam diri di rumah, hanya ibuku yang selalu memberiku motivasi untuk tidak menyerah dalam hidup ini. Ibu mengatakan bahwa tak ada yang mustahil di dunia ini, meski penyakitku tak dapat disembuhkan namun jika Tuhan berkehendak lain, keajaiban akan datang menyembuhkan penyakitku ini.

Memang ucapan itu membuatku tenang, namun hanya sementara saja!! Padahal hidupku saat ini bisa dibilang tidak kekurangan, hidupku yang baru berumur 20 tahun ini selalu dipenuhi jika aku menginginkan sesuatu. Aku berkata kepada Tuhan, “Jika ini jalan untukku, aku akan siap menerimanya dengan ikhlas. Namun satu permintaanku sebelum aku tiada, aku ingin merasakan pernikahan dengan seorang gadis yang mau menerimaku dengan kondisi seperti ini.” Ternyata perkataanku tadi, tak disengaja didengar oleh ibuku di balik pintu tanpa sepengetahuanku. Mendengar ucapanku tadi, Ibuku tak kuasa menahan tangis dan ingin sekali mengabulkan permohonanku itu.

Esok harinya, mengingat perkataanku tadi malam, ibuku berencana untuk mencari wanita cantik yang dibayar untuk berpura-pura menjadi kekasihku tanpa sepengetahuanku. Ibu telah mendapatkan wanita cantik itu dan wanita itu bernama putri, 19 tahun. Putri datang ke rumahku dan mengaku bahwa ia adalah anak teman ibunya yang disuruh ibunya untuk memberikan sebuah baju pesanan untuk ibuku. Tak lama kemudian, Ibu memanggilku dan menyuruhku untuk mengantarkan putri pulang karena hari sudah malam. Aku terima saja tanpa mencurigai maksud dari ibuku tadi. Aku pun berkenalan dengan putri dan mengantarkannya pulang. Selama perjalanan, aku bicara banyak dengan putri tidak termasuk penyakitku ini. Sesampainya di rumah putri, lalu putri mengucapkan terima kasih sambil memberikan nomor teleponnya padaku.

Sesampainya di rumah, putri pun mengirim pesan kepadaku untuk menanyakan apakah aku sudah sampai di rumah atau belum. Waktu ke waktu, aku mulai merasa nyaman dengan putri. Selain cantik, putri juga seorang wanita yang sangat baik dan perhatian. Tentang penyakitku ini, aku belum berani untuk mengatakannya kepada Putri, karena aku takut jika Putri mengetahui hal ini, Putri akan menjauh dariku. Esok harinya, Putri mengajakku untuk pergi berjalan-jalan ke sebuah pusat pertokoan. Sesampainya disana, kami berdua pergi ke sebuah restoran kecil dan makan siang disana. Setelah makan, kami berdua berbincang dahulu sambil beristirahat disana selepas berjalan-jalan. Pada perbincangan itu, Putri mengatakan jika ia sudah mengetahui tentang penyakitku ini dari ibuku. Jelas aku kaget mendengarnya dan mengira jika putri tak ingin lagi mendekatiku.

Ternyata, Putri tak menghiraukan masalah penyakitku ini dan ia berkata bahwa ia akan tetap bersamaku meski aku telah mengidap penyakit HIV/AIDS. Aku tak mengira, jika di dunia ini masih ada wanita cantik yang mau berteman denganku ini. Bebanku terlepas selama ini untuk merahasiakan penyakitku ini kepada Putri dan hubungan kami pun menjadi semakin dekat. Akhirnya, aku nyatakan perasaanku kepada Putri di rumahku bahwa aku mencintainya. Ucapanku tadi, membuat putri sejenak berpikir dan berdiam diri. Dalam hati, betapa bodohnya aku mengungkapkan perasaanku ini!! Mana mau Putri denganku yang mempunyai penyakit mematikan ini.

Tak lama kemudian, Putri berkata kepadaku bahwa ia merasakan hal yang sama denganku bahwa putri juga telah mencintaiku. Hidupku serasa hidup kembali dan ternyata Tuhan telah memberikan jalan untuk permohonan terakhirku ini. Kami pun menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih yang bahagia. Mengingat hidupku yang tinggal 4 bulan lagi, aku ingin mengajak Putri untuk menikah denganku meski nantinya aku tak dapat menyentuhnya karena penyakitku ini. Yang penting, menurutku pernikahan adalah hidup yang sempurna di dunia ini sebelum masa hidupku habis.

Tugas yang diberikan Ibuku kepada putri, dilaksanakan dengan baik. Ibuku berkata kepada putri, bahwa ia akan membayar lebih kepada putri jika ia melakukan tugasnya sampai masa hidupku telah habis dan masih menjadi kekasihku. Ucapan tersebut, terdengar saat aku sedang membawakan minum untuk putri. Mendengar perkataan tersebut, jelas aku kecewa dan sangat kesal terhadap ibuku yang telah membohongiku selama ini. Ternyata itu adalah perbuatan ibuku yang menyuruh Putri untuk berpura-pura menjadi kekasihku!! Dengan cepat aku menghampiri mereka yang sedang berbincang-bincang di ruang tamu. Dengan muka marah, aku bilang kepada ibuku “Bu, apa maksud semua ini? Mengapa ibu melakukan ini semua?”. Ibu dan Putri terlihat sangat kaget dan panic saat aku berkata seperti itu. Mereka hanya diam, menundukkan kepala dan tak menjawab sepatah kata pun pertanyaan yang aku berikan. “Mengapa kalian semua diam?”, tambah aku dengan nada menyentak.

Akhirnya Ibu menjawab, bahwa ia tak sengaja mendengar pembicaraanku dahulu kala yang menginginkan pernikahan sebagai permohonan terakhirku.Ibu tak tega mendengarnya dan tidak bermaksud untuk menyakiti hati aku. Ibu hanya mengira bahwa wanita mana yang mau dengan lelaki berpenyakit seperti aku ini, maka dari itu Ibu mencari seorang wanita agar aku bisa bahagia. Sementara itu, Putri hanya terdiam dan terlihat merasa bersalah. “Jadi selama ini kamu hanya mempermainkan aku dan tentang hubungan yang kita jalani ini sebenarnya hanya kebohongan saja?” Tanya Aku kepada Putri. Putri berusaha menjelaskan, namun aku tak ingin mendengarkan penjelasannya. Bagiku, semua ini sudah cukup jelas!! AKu bergegas pergi meninggalkan mereka dan keluar dari rumah.

Putri berusaha mengejarku dan memberikan penjelasan. Putri berkata “Aku minta maaf sebelumnya. Memang benar jika aku telah disuruh ibumu untuk berpura-pura menjadi kekasihmu. Awalnya memang aku jalani ini dengan semua kebohongan, tapi percayalah jika aku sekarang benar-benar mencintaimu dengan tulus apa adanya!!! Aku akan selalu berada disampingmu.”

Mendengar jawaban tadi, aku bingung harus percaya atau tidak. Karena aku takutkan jika itu hanya akal-akalan putri agar aku bisa lebih tenang. Aaahh..itu pasti akal-akalan dia saja!! Tanpa banyak bicara, aku menghiraukan Putri dan pergi meninggalkannya. Sambil pergi, Putri berteriak “Kamu boleh tidak percaya dengan perkataanku tadi, yang jelas aku akan buktikan semua ini kepada kamu!!”

Sesampainya di rumah, Ibuku memohon-mohon kepadaku untuk memaafkan atas sikapnya. Aku dengan perasaan yang sudah sedikit tenang berbicara “Sudah bu…semua ini bukan salah Ibu. Ini salahku yang mempunyai permohonan aneh seperti itu. Sudahlah tak usah dipikirkan lagi bu, aku baik-baik saja.”

Keesokan harinya,,aku terbangun dari tempat tidurku yang berantakan sekali. Saat aku membuka pintu kamar, aku terkejut melihat Putri yang sudah berada di depan kamarku. Dengan muka yang seolah-olah tidak ada masalah, Putri mengajakku untuk berjalan-jalan ke sebuah taman yang letaknya tak jauh dari rumahku. “Mau apalagi kamu kesini?” ujar aku sambil pergi ke kamar mandi.`Sampai aku keluar kamar mandi, Putri masih berdiri di depan kamarku. “Masih berani juga ya kamu menginjakkan kaki di rumahku? Sekarang pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi!!” ujar Aku dengan nada yang menyentak. Putri berkata “Aku tidak akan pergi sebelum kamu memaafkan aku dan percaya jika aku benar-benar tulus mencintai kamu.” Saat itu, aku muak dengan penjelasan Putri dan langsung menyeretnya keluar dari rumahku.

Tak lama kemudian, Hujan mengguyur sangat deras sekali. Cuaca terasa sangat dingin dan aku bergegas untuk menutup jendela yang masih terbuka lebar. Saat aku menutup jendela tersebut, tak sengaja aku melihat Putri sedang kehujanan dan berdiam diri di depan jendelaku. Putri berkata “Aku akan menunggu kamu sampai kamu mau memaafkan aku.” Aku masih tidak menghiraukan dia dan menutup jendela itu. Setelah itu, aku terus memikirkan Putri dan sesekali mengintipnya dari jendela kamarku. Akhirnya, hatiku luluh karena tak tega melihat penderitaan Putri hanya untuk meminta maaf kepadaku. Aku pun keluar dari rumah dan menjemput Putri yang basah kuyup. Putri pun aku bawa ke dalam rumah dan memberinya handuk untuk mengeringkan badannya yang basah kuyup.

“Apa kamu baik-baik saja? Tentang permintaan maaf kamu itu, aku sudah maafkan kamu!! Apa kamu benar-benar tulus mencintaiku?” ucap aku kepada Putri. Putri menjawab “Tentu saja, aku mau menerimamu!!” Setelah itu, aku berbincang banyak dengan putri dan mengantarnya ia pulang. Keesokan harinya, aku bangun pagi seperti biasa. Saat aku menurunkan kakiku dari tempat tidur, tiba-tiba seluruh badanku ini sulit untuk bergerak. Aku ketakutan dan langsung memanggil Ibuku. Ibuku yang sama-sama panik melihat seluruh tubuhku yang tak bisa digerakkan langsung menelepon ambulans untuk segera membawaku ke rumah sakit. Ambulans pun datang dan membawaku ke sebuah rumah sakit terdekat dengan ditemani ibuku.

Setibanya disana, aku langsung masuk ke dalam ruangan gawat darurat dan diperiksa oleh beberapa dokter ahli disana. Sambil menunggu aku, ibuku menelepon Putri untuk memberitahukan keadaan aku saat ini. Putri pun segera menyusul ke rumah sakit. Tak lama kemudian, dokter keluar dan memanggil Ibu dan Putri untuk berbicara di ruangannya mengenai hasil pemeriksaan aku. Aku masih terbaring dalam sebuah ruangan..tak berdaya..seperti mayat hidup!! Sementara itu, dalam pertemuan Ibu dan Putri dengan dokter yang memeriksaku, Dokter berkata jika virus HIV dalam tubuhku sudah menyebar dengan cepat dan merusak pada system sarafku hingga aku mengalami kelumpuhan. Dokter pun mengatakan jika aku tak akan hidup lebih lama lagi dan mungkin bisa dihitung hari. Padahal, saat itu dokter mengatakan aku akan bertahan hidup selama 6 bulan lagi, dan sekarang masih bulan ke-4.

Ibu dan Putri yang mengetahui hal itu tak kuasa menahan tangis. Ibu dan Putri terlihat syok dan merenung setelah mendengar hasil itu. “Apakah kita berutahukan saja hal ini?” Tanya Putri kepada Ibu. Ibu yang masih terlihat syok berdiam diri sejenak. Tak lama kemudian, Ibu berbicara jika sebaiknya kita katakan saja yang sebenarnya terjadi.

Ibu dan Putri masuk ke dalam ruangan dimana aku sedang berbaring lemah. Ibu pun mengatakan hasil itu kepadaku. Aku yang mendengar hal itu hanya bisa pasrah dan menangis. “Mengapa cobaan ini engkau berikan kepadaku ya Tuhan?” Ucap aku dalam hati. Selama 5 hari aku dirawat dan hari-hari itu aku ditemani oleh Putri yang setia berada disampingku. Putri adalah orang yang tepat saat aku membutuhkan seseorang dalam kesedihanku ini.
Aku berkata kepada Putri, “Putri, maukah kamu mengabulkan permohonan terakhirku?”.
“Apa?”, jawab Putri.
“Apakah kamu mau menikah denganku? Ini adalah permohonan terakhirku yang jauh hari aku inginkan..” balas Aku.
“Jika itu yang kamu inginkan, aku siap untuk menikah denganmu!! Aku rela menikah denganmu meskipun kau akan pergi tinggalkanku selamanya…” jawab Putri.

Aku pun segera memberitahukan ibu tentang masalah ini. Betapa senangnya karena Ibuku telah menyetujui permintaanku ini meski terlihat iba. Keesokan harinya, kondisiku semakin parah. Detak jantungku semakin cepat dan terasa sangat sakit. Padahal seharusnya hari ini aku bahagia karena pernikahanku akan segera dilaksanakan.

Tak lama kemudian, Putri datang bersama keluarganya yang akan menjadi saksi pernikahanku. Sementara itu, Ibuku sudah menunggu lama sejak pagi tadi menemaniku. Akhirnya, pernikahan dimulai di sebuah ruangan tempat dimana aku dirawat. Mataku berkaca-kaca, sedih bercampur bahagia saat mendengar kata sah dari para wali dan saksi. Setelah itu, kami berdua berpelukan dengan Putri sangat lama sekali karena saat itu, Putri tak menyangka jika aku sudah menutup mata dengan tenang dan pergi dari kehidupan dunia ini.

Cerita ini berakhir dengan perginya aku, dan Putri berjanji bahwa ia akan selalu mengenangku dan akan selalu tersimpan di hati yang terdalam, cinta yang bersemi antara Aku dan Putri selamanya.

The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar